Sabtu, 23 Juli 2011

Biografi

Santo Yohanes dari Salib; Seniman Bahasa Cinta
Oleh. Marianus Ivo M

Bumi melahirkan banyak manusia yang berjasa dalam bidang bahasa dan sastra. Dengan kerja keras, mereka dapat sukses dalam meraih impian. Lewat keberhasilan itu, mereka dapat menanam nama mereka di tanah subur, sehingga nama mereka dapat tetap berjaya di kalangan manusia. Bukan hanya nama mereka tetapi semua hasil karya mereka akan dikenang sepanjang masa. Salah satu nama yang masih terkenal sampai saat ini adalah Juan de Yepes atau Santo Yohanes dari Salib.
Berawal dari Cinta

 “Dalam kesunyianlah ia tinggal;
dalam kesunyianlah ia membuat sarangnya:
dalam kesunyian itu ia dibimbing oleh Sang Kekasih  sendiri,
hanya Dia, yang juga terluka cinta dalam kesunyian.
(Madah Rohani bait 35)
Yohanes dari Salib lahir dengan nama Juan de Yepes Alvares, di Fontiveros, Avila, Spanyol pada 24 Juni 1542. Ayahnya Gonzalo de Yepes adalah keturunan bangsawan, sedangkan ibunya Catalina Alvares seorang yang berasal dari keluarga miskin. Dia anak bungsu dari tiga bersaudara.
Juan de Yepes tumbuh di tengah kemiskinan, sehingga dia terpaksa tinggal di asrama anak-anak yatim piatu. Walaupun demikian, dia tidak meninggalkan pendidikan.  Masa sekolah dia jalani dengan semangat. Sambil sekolah dia bekerja sebagai penjahit, pelukis dan tukang kayu. Namun usaha-usaha itu tidak ada yang berhasil. Pengalaman-pengalaman pahit yang dialami tidak membuat Juan menjadi pribadi yang pesimis atau mudah menyerah. Sebaliknya, hati dan jiwanya menjadi lebih peka terhadap penderitaan sesama. Pengalaman-pengalaman itu menuntunnya untuk menjadi seorang perawat. Di rumah sakit “Neustra Senora de la Concepcion” di Medina, dia sempat bekerja sebagai perawat. Walaupun dia sudah bekerja, namun dia tidak meninggalkan pendidikan yang ditempuh.
Karena kepintarannya, dia dikirim ke universitas milik Jesuit untuk mendalami ilmu kemanusiaan. Disana Juan de Yepes juga sempat belajar tentang filsafat, teologi dan hidup rohani. Ketika menempuh pendidikan di universitas itu, dia bertumbuh menjadi seorang yang senang pada hidup doa dan kontemplasi, sehingga pada tahun 1563 dia masuk novisiat Karmel, dengan mengambil nama Yohanes.
Disana dia  merasakan cinta Allah. Lewat puisi-puisi, dia mencurahkan pengalaman-pengalaman rohani yang telah dialami. Di  novisiat Karmel dia tumbuh menjadi pribadi yang unggul dalam pendidikan sehingga dia dikirim ke Universitas Salamanca untuk belajar teologi. Pada tahun 1568  di universitas yang sama pula, dia menyelesaikan pendidikan tentang teologi. Pada tahun yang sama pula, Yohanes ditahbiskan menjadi imam Ordo Karmel. Namun setelah tahbisan, Yohanes terdorong untuk berpindah ke Ordo Cartusian karena merasa bahwa Karmel masih belum dapat membentuk dirinya menjadi pribadi yang hening. Tetapi setelah bertemu dengan suster Teresa Avila, dia mengubah angan-angannya dan lebih fokus untuk mengelola biara baru dengan suster Teresa, yang telah mendirikan biara pembaharuan kedua suster Karmel.
Akibat adanya kesalahpahaman dengan konfratres tentang pembaharuan itu, Yohanes disekap dalam bilik biara selama 9 bulan. Kejadian ini adalah awal keberhasilan Yohanes. Keheningan di bilik itu, membawa berkah bagi Yohanes. Suasana hening yang tercipta, membawa Yohanes pada cinta sejati bersama Allah. Dia benar-benar bersatu dengan Allah. Dia benar-benar jatuh cinta kepada Allah. Disana Yohanes mampu menggubah kidung-kidung dan puisi-puisi mistik serta memperoleh hikmat pengertian yang luar biasa dalam memahami ajaran Kristus. Puisi-puisi itu antara lain Malam Gelap, Sumber Air, dan Madah Rohani. Pengalaman rohaninya juga dituangkan dalam beberapa karya rohani bermutu tinggi, seperti Nyala Cinta yang Hidup, Mendaki Gunung Karmel, dan Madah Rohani. Setelah meringkuk selama 9 bulan, dia berhasil melarikan diri. Yohanes terbebas dan dia berhasil membawa Ordo Karmel tak berkasut terpisah dari Ordo Karmel. Selama beberapa tahun kemudian, Yohanes sempat menjadi pembibing biara Karmel tak berkasut.
Pada tanggal 14 Desember 1591 Yohanes wafat dengan tenang di Ubeda, dikerenakan dia sakit. Pada 27 Desember 1726 Paus Benediktus XIII menggelari santo, dan pada 24 Agustus 1926 Paus Pius XI mengangkatnya menjadi Pujangga Gereja.

Bahasa Cinta Allah
"Dalam bait ini jiwa mau menguraikan secara singkat,
bahwa ia telah berangkat pada malam hari,
tertarik oleh Allah dan terbakar oleh cinta kepada-Nya saja.”
(Mendaki Gunung Karmel I.1.4)
Semua karya Yohanes dari Salib adalah buah persatuan dengan Allah. Dia menulis karyanya setelah mengalami puncak persatuan dengan Allah. Dia memang benar-benar seniman cinta dan bahasa, dia sanggup menuangkan pengalaman cinta dalam karya-karya yang mengagumkan. Terlebih dia dapat menyimpulkan jalan yang harus ditempuh seseorang untuk mencapai cinta sejati. Ajaran yang diwartakan seolah-olah dilakukannya sambil mengidung, artinya dia melakukan itu karena terdorong oleh cinta.
Karyanya begitu mengagumkan. Sehingga buku-bukunya seperti  Nyala Cinta yang Hidup, Mendaki Gunung Karmel, dan Madah Rohani telah diakui sebagai karya sastra tingkat dunia dan mengandung ajaran rohani tentang cinta yang sangat tinggi.
Bahasa yang digunakan Yohanes dari Salib lebih bersifat rohani dan bersifat mistik. Ungkapan-ungkapan mistik, melukiskan pertemuan indah antara manusia dengan Allah, sehingga sangat mudah menawan hati seseorang yang telah tersentuh oleh kasih Allah. Namun  sering kali pembaca juga salah dalam memahami, khususnya bagi mereka yang membaca karya Yohanes dari Salib secara tidak lengkap, sehingga sering pula terjadi salah persepsi tentang karya itu.
Seluruh karya ditulis dengan perasaan penuh cinta, sehingga karyanya hanya dapat dimengerti dari segi cinta pula. Hal itu yang mempersulit pembaca dalam mengerti isi dan makna buku, terlebih bagi mereka yang belum merasakan/mengerti tentang cinta. Pengalaman cinta Santo Yohanes dari Salib begitu luhur, sehingga tidak mungkin diungkapkan dengan gagasan dan bahasa manusia asli. Tetapi dia lebih mengungkapkan lewat bahasa simbol dan lambang. Salah satu contoh adalah “malam gelap”. Pemakaian gambaran 'malam' untuk melukiskan pemurnian jiwa dalam usaha untuk bersatu dengan Allah. Dia tidak langsung menggunakan kata-kata yang manusiawi atau yang mudah dimengerti, tetapi dia menggunakan kata-kata yang dapat menimbulkan banyak tafsiran sehingga pembaca harus benar-benar memahaminya.
Sama seperti kutipan berikut yang diambil dari buku Madah Rohani, “Kemanakah Engkau bersembunyi, hai Kekasih, serta meninggalkan aku mengeluh dan mengaduh? Engkau lari bagaikan seekor rusa setelah melukai. Aku keluar memanggil-Mu, namun Engkau telah pergi.” Kutipan kecil itu begitu indah direnungkan, bahasanya yang digunakan mempunyai ciri khas yang berbeda dengan pengarang yang lain. Tetapi bagi pembaca yang belum terbiasa membaca karya Santo Yohanes dari Salib, akan sangat lama dalam memahaminya.
Pada suatu malam yang gelap terbakar kerinduan cinta yang membara, ah, rahmat yang tak terperikan! Aku keluar tanpa diketahui, sedang rumahku sudah hening. Ada pula bahasa yang dibuat Santo Yohanes dari Salib dalam karyanya, lebih cenderung bersifat pribadi atau tidak formal seperti tulisan pada buku harian. Walaupun demikian, dia dapat merancang sedemikian rupa, sehingga bahasa yang sederhana berubah menjadi bahasa yang begitu indah. Kreatifitas bahasa sungguh ada di dalam jiwa Santo ini. Mempercantik kata-kata adalah keahliannya. Mengubah bahasa yang kurang menarik menjadi bahasa yang sangat menarik dan mengagumkan adalah jiwa kreatif yang dimiliki Santo Yohanes dari Salib.
Bagi Semua
Ternyata banyak buku psikologi yang mengutip karya-karya Santo Yohanes dari Salib ini. Entah apa yang diharapkan dari hal itu. Tetapi, psikolog mempunyai tujuan ingin menyadarkan manusia yang telah mengabaikan cinta dan pengalaman akan cinta. Sebab mereka percaya, dari karya-karyanya yang hanya dikutip sebagian kecil, banyak orang dapat merasakan arti dari cinta yang sesungguhnya dan tidak akan ada yang menganggap remeh cinta.
Begitu terkenal dan dikaguminya Santo Yohanes dari Salib, sehingga Jucques Maritain memberinya gelar doktor mistik. Bukan hanya itu saja, tetapi Henri Luis Bergson seorang filsuf dari Perancis menganggapnya sebagai filsuf.



Daftar Pustaka
1.      Herwanta, Albert. 2010. Café Rohani edisi Mei 2010. Malang: Penerbit Karmelindo.
2.      Deddy. 2010. Café Rohani Santo Yohanes dari Salib. Malang: Penerbit Karmelindo.
3.      Teresa, Merry, H.Carm. 2010. Café Rohani edisi Mei 2010. Malang: Penerbit Karmelindo.

Sumber:
1.      http:/www.santo yohanes dari salib.com
2.      http:/www.carmelia.com
3.      http:/www.nyala cinta yang hidup.com
4.      http:/www.mendaki gunung karmel.com
5.      http:/www.madah rohani.com

Riwayat Orang Kudus

Santo Ivo
Seorang yang pandai, tidak biasa untuk bersikap rendah hati. Seorang yang dapat bersikap rendah hati karena kepandaiannya, perlu disebut orang hebat. Seperti halnya Santo Ivo yang dengan hebat memadukan kepandaian serta kerendah hatiannya, sehingga dapat bersikap tegas terhahadap segala sesuatu, sampai akhirnya patut menjadi teladan semua pemimpin.
                Santo ini tidak begitu terkenal dikalangan umat,  walaupun demikian kita sebagai umat kristiani perlu mengintip sedikit saja tentang perjalanan hidupnya.
                Ivo lahir di Beauvais pada tahun 1040. Ia belajar teologi di biara Bec serta dikenal sebagai orang pandai. Kemudian Ia bekerja di Nestle, Picardy, PerancisUtara lalu berpindah ke biara Santo Quentin. Di biara ini, Ivo mengajar teologi, hukum gereja dan kitab suci. Kemudian Ia diangkat sebagai pemimpin biara selama 14 tahun. Sebagai pemimpin biara, Ivo berusaha meningkatkan kedisiplinan hidup dan belajar, untuk para biarawan, serta berusaha membaharui aturan-aturan yang lama.
                Karena kesalehan hidupnya, kepandaian dan kepribadiannnya yang menarik, Ivo diajukan oleh umat dan segenap imam untuk menggatikan Geoffrey sebagai uskup Chartres, pada tahun 1091. Setelah didesak oleh paus Urbanus II, Ivo menerima jabatan itu.
                Dalam kepemimpinannya sebagai uskup Chartres, Ivo dengan tegas menentang raja Philip I yang menceraikan istrinya Bertha dan menikahi Bertrada, istri Fulk (seorang hakim dari Anjou). Oleh raja Philip I, Ivo ditangkap dan dipenjarakan. Seluruh kekayaan dan penghasilannya disita oleh raja Philip I. Tetapi atas desakan paus Urbanus II dan seluruh umat, Ivo dibebaskan dan menjalankan tugas seperti biasa. Selanjutnya, Ivo tetap setia kepada raja Philip dan berusaha mendamaikan raja dengan takhta suci pada konsili Beaugency pada tahun 1104. Ivo meninggal dunia pada tahun 1116.
                Dalam kesempatan ini, kita umat Tuhan perlu meneladan Santo Ivo yang selalu mendahulukan kebenaran, walaupun itu nyawa sebagai taruhannya. Sikapnya yang tegas dalam hidup sebagai pemimpin yang bertanggung jawab sangat kita perlukan sebagai panutan dalam menjalankan segala tugas yang kita emban.  Tidak lupa, yang perlu kita garis bawahi adalah kepintaran bukan sebagai ajang untuk 'gaya-gaya' tetapi perlu dibuktikan bahwa, dibalik kepintaran ada kesalehan dan cinta kasih.
                         
Hidup   : Eropa 1040-1116                             Pesta  : 20 Mei  


Kisah ini ditulis oleh Marianus Ivo Meidinata.
Pada tahun 2010 di Seminari Santo Vincentius a Paulo, Garum, Blitar.